AKU INGIN MENJADI BAIK


Setelah beberapa bulan lamanya tidak tampak kegiatan, atas nama NU Kecamatan / Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama Tanggul, kini, hari ini, detik ini akan mulai tampak kembali, semoga kedepan lebih semangat lagi, tentunya ini akan terwujud jika segenap komponen berjibaku, dukung mendukung (bukan hanya politik praktis lho) mensukseskan kegiatan demi kegiatan, kita lihat di Kecamatan Tanggul, jumlah masyarakatnya menurut BPS Kabupaten Jember sampai pada tahun 2010, mencapai 82.760 jiwa dengan laki-laki : 40.459 jiwa dan perempuan: 42.301 jiwa. Kecamatan Tanggul dengan luas wilayah 199,99 km2. Sekarang tahun 2016, menurut BPS Provinsi Jawa Timur, penduduk Kabupaten Jember laju pertumbuhannya mencapai angka 0,52% dalam setahun, sementara BPS Jember mencatat tahun 2010 penduduk Kabupaten Jember mencapai 2.332.726 jiwa. Jadi ditahun 2015 saja penduduk Jember bisa mencapai 2.407.115 jiwa, jika laju pertumbuhan penduduk masih dalam angka 0,52% dalam setahun. Bagaimana jika 90% saja beragama islam dan 75% nahdliyyin, lebih ringkasnya jika dari jumlah penduduk 82.760 jiwa di kecamatan Tanggul, Berarti kelompok nahdliyyin mencapai 62.070 jiwa, sisanya 20.690 jiwa bisa beragama kristen, budha, hindu, konghuchu, dan paham diluar nahdliyyin. Begitu besarnya angka tersebut jika NU beserta Banom NU baik tingkat Kecamatan sampai Kelompok terkecil / anak ranting bisa, setengahnya saja ngopeni semua ini. Imbal balik sangatlah besar untuk pembangunan masa depan, minimal tingkat desa atau tingkat terkecil dan sangat inti nan vital, yaitu rumah tangga.
Mengaca kepada kecamatan tetangga cukup jauh dari Tanggul, tepatnya kecamatan Wuluhan, ada satu keluarga berada dan terlibat aktif dalam keanggotaan NU, rinciannya: bapaknya menjadi pengurus dan aktif di NU, ibunya aktif di Muslimat, Kakak perempuan aktif di Fatayat, kakak laki-lakinya aktif Ansor, sementara yang bungsu, aktif di IPNU. Bagaimana mungkin jika sang anak ada kegiatan ke-IPNU-an, satu keluarga tersebut tidak mendorong dan membantu memberi segala-galanya. Nah bagaimana dengan NU di Tanggul? Adakah, bapak dan ibunya saja yang aktif di NU – Muslimat sementara anak-anaknya di dorong mengikuti jejak orang tuanya??? Jika ada, tidak perlu dijawab/klarifikasi, tapi buktikan...!!!, MWC NU Tanggul berupaya dan mendorong menghidupkan badan-badan otonom NU, seperti Muslimat, Fatayat, Ansor/Banser, PERGUNU, IPNU-IPPNU, beserta lembaga-lembaga MWC.
Kita tidak bisa berjalan sendiri-sendiri, dan tidak ada ceritanya satu keluarga (NU) berjalan sendiri-sendiri. Bapak ke barat, ibu ke timur, kakak ke utara, akhirnya anak bungsulah yang jadi korban, bingung mau kemana, mau curhat kesiapa, ngadu kesiapa. Punya dana/biaya tapi tidak punya pegangan, ujung-ujungnya dana tersebut akan habis tanpa nilai yang bermakna. Berbeda pasal dan bab jika orang tua (bapak-ibu / NU-Muslimat) sudah benar dan baik, namun anaknya (IPNU-IPPNU) masih bandel, maka perlu psikoterapi khusus wabil khusus, dan ini sudah ada aturan mainnya, dalam PD/PRT, dan Peraturan turunannya, komplet sudah diatur tinggal melaksanakan saja. kita Lihat setengah kepengurusan MWC sudah di Reshuffle sebanyak 1 kali, IPNU dan IPPNU juga, hal ini menandakan masih adanya kesadaran menuju perbaikan, meskipun semua ini sulit terealisasi oleh berbagai faktor, jika dikerucutkan menjadi faktor internal dan eksternal.
a.   faktor internal, datang dalam diri sendiri, sifat, watak, ingin tahu, dan sebagainya yang mendorong seseorang melakukan dan berbuat sesuatu.
b.   faktor eksternal, datang dari luar dirinya, bisa dari keluarga, teman, tetangga, masyarakat, dan sekarang jaman media, baik media elektronik, seperti: internet, HP, televisi, dan lain-lain. Juga media cetak, seperti: koran, majalah, buku, jurnal, buletin, banner, spanduk, dan lain-lain.
Semua itu akan mempengaruhi niat, dan gerak langkah seseorang melakukan sesuatu. Organisasi hanyalah sebuah wadah, sarana. Namun keberadaanya juga menjadi faktor penentu seseorang, kedewasaan berpikir umumnya didapat dari organisasi, baik organisasi tersistem atau tidak. NU dan Banomnya adalah organisasi tersistem, maka cara kerjanya pun tidak boleh tidak harus tersistem, dari A sampai Z, harus ada pendahuluan diakhiri dengan penutupan dan tidak boleh putus/berakhir dengan kata “mati ditengah”, maka tidak menutup kemungkinan, yang akan melanjutkan sampai akhir adalah bukan dari golongan kita, melainkan dari golongan orang-orang yang punya nawaitu memang menyingkirkan, mencerai berai, memberhanguskan, dan memutus nilai-nilai yang telah diajarkan oleh pendahulu-pendahulu kita. Saatnya bersatu, kesampingkan ego dan sahwat kita dalam mencapai kemenangan yang lebih amat sangat besar kedepan, anak-anak kita adalah masa depan semua. Wallahu’alam.

Kami yang muda, yang tidak paham apa-apa, dan masih ada rasa optimis walau secercah harapan dalam perbaikan dan kebaikan kedepan.
(sekesokan komen ngereng, anekah bedeh alamat emaillah ekadintoh. yang berkenan komen mari, ini ada alamat emailnya disini)