BAHAYA WAHABI
Senin,
14 Maret 2016 07:13 Nasional
Surabaya, NU
Online
Umat
Islam Indonesia harus belajar dari situasi yang terjadi di Timur Tengah. Jangan
sampai kondisi damai yang ada di negara ini justru rusak karena hadirnya ajaran
menyimpang, terutama dari kelompok Wahabi.
Peringatan
ini disampaikan Alhabib Syekh Samir bin Abdurrahman Al-Khauli Al-Rifai
Al-Husaini saat mengisi materi Daurah Aswaja Internasional di gedung PWNU Jawa
Timur, Ahad, (13/3).
"Jaga
Indonesia dari pengaruh ajaran yang menyimpang dari Ahlussunnah wal Jamaah.
Kita jaga teguh ajaran yang penuh keteduhan ini jangan sampai diganggu dengan
aliran ekstrim," katanya.
Dengan
menggunakan bahasa Arab, Syekh Samir menjelaskan, Islam menyebar di negeri ini
tanpa kekerasan apalagi pertumpahan darah. "Islam datang ke Indonesia
lewat perdagangan. Dan karena akhlak pembawanya akhirnya menimbulkan simpati
sehingga masyarakat berbondong-bondong memeluk Islam," ungkapnya.
Guru
besar asal Lebanon ini kembali mengingatkan jangan sampai di negeri ini terjadi
pertumpahan darah lantaran kemunculan aliran yang gemar mengafirkan
antarkelompok seperti yang dilakukan Wahabi.
"Tugas
(menebar kedamaian) ini ada di pondok pesantren masing-masing peserta (dauroh) untuk saling bersinergi
menjaga kondisi negeri agar tetap damai," terangnya.
Oleh
karena itu, syekh yang datang dengan mengenakan farwa atau baju kebesaran berwarna kuning
emas tersebut mengingatkan peserta untuk menjaga diri agar tidak mudah
terpengaruh golongan Wahabi yang bertentangan dengan Aswaja. "Kita harus
selalu mengingatkan akan bahaya mereka (Wahabi)," katanya dengan suara
lantang.
Sebagai
bukti, Syekh Samir memaparkan bahwa dalam sejarahnya mereka mengaku dirinya
sebagai Salafi atau pengikut ulama salaf. "Tapi pengakuan itu adalah
dusta," sergahnya. Karena dalam perjalanannya, ketika kelompok ini
menguasai sebuah negara dan akan menyatukan dalam sebuah barisan, padahal yang
dilakukan adalah mengakafirkan bahkan membunuh kelompok muslim lain.
"Apa
yang dilakukan mereka adalah memorak-porandakan sebuah negara dan
kemanusiaan," katanya.
Kepada
negara dan kawasan yang dimasuki, lanjut Syekh Samir, Wahabi akan menebarkan
bom, bunuh diri, takfir atau mengafirkan siapa saja yang tidak sepaham,
lanjutnya.
"Untuk
di Indonesia, Wahabi kerap mendirikan pesantren, lembaga kursus komputer yang
di dalamnya mendoktrinkan ajaran ekstrim yang justru bertentangan dengan
Aswaja," jelasnya.
Karena
itu Syekh Samir menyarankan agar jangan sampai mempercayakan pendidikan dan
keterampilan generasi muda kepada mereka yang justru nantinya akan menentang
Aswaja.
Di
akhir ceramahnya, syekh mengajak peserta untuk menirukan kalimat yang diucapkan
terkait tauhid, bahwa tiada sesuatu yang menyerupai-Nya (Allah). "Allah
ada tanpa tempat," pungkasnya dengan bahasa Indonesia yang fasih.
Sumber : http://www.nu.or.id